COMPACT DISK (CD) DIGITAL
Hai Para sahabat semua para Pengunjung Blogkamarku dan para pembaca sekali ,untuk melengkapi informasi atau sekedar pengetahuan baut kita,pada postingan kali ini kita akan sedikit membedah dan Mengetahui Sejarah CD Compact Disk Digital Dan Kelebihan nya.
Diperkehalkan keptida umum pertamakali oleh pemsahaanPhilips-Sony , Compact Disc (CD) mempakan suatu era baru teknologi audio digital. Perkembangannya yang semakin pesat dun bewariasi dari hari ke hari membuat para teknisi dari berbagai perusahaan elektronik raksasa di dunia berlombalomba untuk terus menyempurnakan teknologi CD.
CD tidak hanya mengandung musik,tetapi juga informasi tambahan seperti nomor trek, waktu main total dan lain-lain. Dengan jangkauan dinamik sebesar 90 dB, menjadikannya tidak tersaingi oleh alat-alat rekaman biasa bahkan oleh PH (piringan hitam) sekalipun.
Sekitar awal tahun 1976, Philips, perusahaan elektronik multinasional Belanda, mengumumkan rencananya mengeluarkan format disk menggunakan teknologi digital secara penuh. Perekamannya dikerjakan dengan teknik digital, dan disknya sendiri mengandung semua informasi, musik (ditambah informasi' lain yang memungkinkan unit main-ulang melakukan fungsi pewaktuan tertentu) dalam bentuk digital.
Sementara itu pabrik audio Jepang, Sony, pada saat itu juga sudah mengadakan riset tentang teknik digital PCM (Pulse Code Modulation). Sejak saat itu muncul kesadaran para teknisi Jepang tentang kelebihan teknik digital inibdan akhirnya mereka memperkenalkan kehadiran Digital Disc (buatan Sony) berdiameter 30 cm dengan masa putar, 2,5 jam. Akhirnya, Philips mengadakan kerjasama dengan Sony untuk mengembang kan teknologi digital pada Digital) Disc dan pada tahun 1980 diperkenalkan kepada umum Compact Disc (CD), si kecil mungil dengan diameter 12 cm dan masa putar sekitar 1 jam. Maka dimulailah suatu era baru, era teknologi audio digital dengan Compact Disc.
Baca Juga :
Apa itu Digital Audio ? 'Ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar, guru sering mengajari kita lagu-lagu baru yang nadanya dituliskan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 7. Dengan membaca angka-angka itu kita dapat membunyikan urutan nada yang tinggi rendahnya ditentukan oleh angka yang ditunjuk oleh sang guru. Tanpa
sadar kita telah menyanyikan lagu itu. Angka 1, 2, 3 dst. yang ada di papan tulis bisa disebut sebagai data 'digital audio” karena data ini dapat disimpan dipindahkan ke buku tulis untuk sewaktwwaktu dinyanyikan kembali. Meskipun bentuk harfiah angka 1, 2, 3 dst. sama sekali tidak ada sangkut pautnya'dengan urusan musik, angka-angka ini mewakili nada-nada yang dapat diterima oleh telinga Hal yang, sama terjadi pada teknik digital audio yang sesungguhnya, dimana pada teknik ini bentuk geloma bang. suara diubah menjadi sederetan angka binary 1 dan 0 yang membentuk kode-Kode. ini mewakili karakter dari gelombang” suara asli. Jadi pada dasar-nya,data digital itu adalah bahasa kode yang bisa ditulis dan dibaca kembali pada waktu yang diperlukan.
Di dalam teknik PCM setiap gelombang suara analog ini mengalami 3 tahap prosesdasar yaitu
Sampling Gelombang/sinyal suara analog dicuplik menjadi ribuan luas yang lebarnya sama, Pada proses ini digunakan frekuensi sampling 44,1 Khz yang berarti, dilakukan minimal 44.000 kali pencuplikan sinyal suara tiap detik. Frekuensi ini dipilih dengan pertimbangan :
Untuk memenuhi Teori N yquist, yaitu frekuensi sampling minimal 2 kali. frekuensi sinyal yang akan disampling. Karena sinyal suara yang akan disampling mempunyai frekuensi sampai 20 kHz (masih bisa didengar telinga manusia), maka frekuensi 44,1 kHz memenuhi ketentuan ini.
bahkan sedikit di atas frekuensi normal nya. Menurut CClR TV Systems, terdapat 625 garis yang membentuk satu frame. Masing-masing garis dapat merekam 3 word termasuk data-data redundan sinyal, dan 588 garis tiap frame dapat dipakai untuk merekam data. Jadi harga 44,1 kHz terjadi dari perhitungan : 3 x 588 x 25 Hz.(CCIR) = 44,1 kHz.
Kuantisasi
Pada tahap ini setiap ruas sampling diukur panjangnya (amplitudanya) dan diberi nilai yang sesuai dengan level yang ada di dekatnya. CD menggunakan 65. 535 level pengukuran ditambah 0 sehingga totalnya menjadi 65. 536 level.
Encoding
Setelah dikuantisasi setiap nilai tersebut ( direpresentasikan dalam 16 digit biner. Tiap 16 digit ini dibagi menjadi 2, dengan masing-masing 8 digit simbol yang disebut audio bit. Kemudian simbol-simbol itu dikonversikan dari 8 bit ke 14 bit, yang disebut EFM (Eight to Fourteen Modulation).
Setiap detik proses dapat (membangkitkan : bit : 44.000 x 16 bit x ' ' 2 kanal : 1.408.000 bit. Sebagai contoh sederhananya, bila Simfoni IX Beethoven itu kira-kira satu jam lamanya, maka kita akan mendapatkan bit=1.408000 x 60 x= 60 & 5. 068. 800. 000 bit Jadi pada prinsipnya nilai ukuran panjang ruas/kuantisasi itu diterjemahkan ke dalam bahasa kode digital yang tersusun atas kombinasi deretan bilangan binary 1 dan 0.
Setiap panjang ruas yang berbeda memberikan kode digital yang berbeda pula, dan dengan cara inilah maka bentuk gelombang asli (analog) diubah ke dalam deretan kode digital.
Pembuatan CD dan Perekaman Digital
Proses pembuatan perangkat lunak CD ini bermula dari lempengan substrate glass yang merupakan bahan dasar pem-buatan master CD. Substrate glass ini dibawa ke ruang master yang menggunakan sinar laser untuk mengukir permukaan substrate glass sehingga terbentuk untaian kode PCM sesuai dengan musik yang akan direkam
Pada Compact Disc (CD) setiap bit disimpan dalam bentuk sumur mikroskopik,yang terbentuk dengan penembakan laser diatas permukaan Sustrate glass tersebut yakni coakan kecil di permukaan berlogam yang memantulkan cahaya atau dengan ketiadaan sumur mikroskopik itu Awal dan akhir setiap sumur menggambarkan 1, sedang bagian yang datar di antara sumur-sumur menggambarkan 0. Setiap sumur ini hanya 013 0,15 mikron dalamnya.
dengan panjang antara 1-3 mikron dan lebar 0, 5 mikron, serta jarak pisah tiap jalur hanya 1,6 mikron. Sumur sumur inilah yang memberikan kepada sisi CD yang direkam kemilau seperti
pelangi yang indah.
substrate glass yang telah ditembak oleh laser ini kemudian dibawa ke ruang yang akan menghitamkan bagian glass yang tidak terkena tembakan tadi, Sebagai hasilnya didapat lempengan negatif master CD. Setelah?) master CD terbentuk maka proses pengcopy-an dapat dimulai. Lembaran alumunium tipis yang dilekat dengan lembaran plastik bening bahan dasar CD dan ditembak oleh sinar ultra violet. Sinar ini akan mengenai permukaan alumunium sesuai
Baca Juga :
dengan pola lempeng master Setelah ditembak, bahan dasar ini di etehing dengan larutan kimia dan hanya bagian alumunium yang terkena ultra violet akan larut yang tidak terkena tidak larut. Maka kini pada lembaran plastik alumunium itu terbentuk lapisan pemantul yang terputus-putus, berpola seperti masternya dan inilah yang dinamakan“ Compact Disc (CD)
Proses produksi CD sangat rumit dan pada tahap-tahap tertentu membutuhkan Kondisi kamar bersih seperti yang terdapat dalam laboratorium penelitian nuklir. Udara dalam ruangan ini harus disaring beberapa kali dan-harus diadakan pengawasan terus-menerus terhadap angka partikel, yaitu ukuran serta jumlah partikel kontaminasi per meter kubik udara.
Untuk 1 meter kubik udara ruang cetak CD tidak diperkenankan mengandung lebih dari 1000 partikel debu dan udara itu harus kering/tidak lembab dengan temperatur sekitar 20 C . Sebagai pembanding udara di jalan raya berkerapatan partikel debu per meter kubik udara sebesar 800.000 dan di dalam ruang besar yang berpendingin ruangan kerapatan itu berkurang menjadi 100.000, maka di dalam pabrik CD ini hanya boleh 1000. Para teknisi harus mengenakan pakaian kerja bebas benang yang dilengkapi dengan sarung tangan, topi dan sepatu khusus. Pada pintu masuk, teknisi harus melalui ruang ”pembersih” yaitu ruangan yang dilengkapi dengan penghembus udara bersih yang sangat kuat.
Spesifikasi Fisik CD diameter : 120 mm (4.5 inci)
ketebalan : 1,1 mm diameter lubang pusat : 15 mm
rotasi : berlawanan arah jarum jam ter hadap laser
kecepatan rotasi : 500-200 rpm
waktu rekam maksimum : 60 menit nomor kanal maksimum : 4 track pitch : 1,6 fm.
CD player
Sumber cahaya yang dipakai untuk ’penyapuan’ disk adalah laser karena laser menghasilkan berkas cahaya yang koheren (cahaya dengan panjang gelombang tunggal) yang ukurannya dapat difokuskan sampai seperti yang diinginkan. Sumber-sumber cahaya lain mengandung panjang gelombang beragam yang akan dipisahkan saat melewati sebuah lensa. Hal ini menimbulkan Chromatic Abberation, yaitu pemunculan garis-garis berwama yang bervariasi di sekitar image. Hal ini tidak diinginkan. Laser yang digunakan dalam CD Player.
Peralatan optik dasar yang digunakan pada pembacaan CD terdiri atas sebuah lensa objek yang digunakan untuk mengkonsentrasikan berkas cahaya di atas permukaan disk yang mengandung informasi, sebuah pemisah berkas cahaya dan diode sebagai fotodetektor. Prinsip kerja alat optik di mana terjadi 'nonkontak' pembacaan berdasarkan teori difraksi.
Dalam hal ini hampir semua cahaya dipantulkan oleh permukaan CD. Jika sebuah lubang (yang menandakan adanya informasi) ditemukan, sebagian besar cahava dihamburkan dan sisanya dideteksi oleh fotodetektor. Cahaya yang dideteksi inii diubah menjadi arus listrik yang kemudian akan mengoperasikan CD Player.
Perkembangan teknologi CD Player
Ada empat tema teknologi utama dalam usaha peningkatan kualitas suara dari CD dan CD-playernya, yaitu oversampling, higher bit resolution, decoupling, dan resonance clamping.
istilah over sampling biasanya digunakan bersama sama dengan istilah digital filtering.
Dari kedua istilah ini dapat kita raba apa maksud dan fungsinya. Terlebih dahulu harus kita sadari bahwa sinyal yang dibentuk dari nilai biner pada CD yang berbentuk gelombang bertangga itu harus dilewatkan melalui low pass'filter yang secara efektifakan menghilangkan semua komponen sinyal dengan frekuensi di atas 20 kHz. Bila sampling dilakukan dengan frekuensi normal (44.1 kHz), maka filter tersebut tentunya.
sangat tajam atau dapat dikatakan kasar. Filter yang tajam sedapat mungkin dihindarkan dalam teknik audio, karena berbagai efek negatif yang dapat ditimbulkannya terutama dalam hal fidelitas fase.
Ada suatu hukum dasar dalam elektronika (hukum dasar ini tidak dapat diatasi dengan berbagai manipulasi apapun) yang menyatakan bahwa filter yang tajam akan menyebabkan per-geseran fasa yang lebih besar daripada filter yang lunak. Pergeseran fasa ini akan menurunkan kualitas citra dan kejelasan suara. Bila sampling dilakukan pada frekuensi yang lebih tinggi, filter dapat dirancang supaya lebih lunak dengan kemiringan grafik yang lebih landai. Dengan demikian pengaruh terhadap respon fasa (dan secara tidak langsung juga terhadap respon frekuensi) dapat diminimumkan, sehingga dihasilkan kualitas suara yang lebih baik.
Perlu dijelaskan juga bahwa teknik oversampling tidak memperlebar selang frekuensi sinyal keluaran akhir (analog) dari CD player. Selang frekuensi optimum yang dapat dicapai ditentukan oleh proses perekaman, sedangkan 44.1 kHz adalah frekuensi sampling standar. Jadi dengan kondisi sebaik apapun CD tidak akan mungkin menghasilkan suara yang melampaui batas teoritis 22. 05 kHz. Teknik oversampling tidak bisa menimbulkan atau menciptakan frekuensi yang dalam rekamannya sendiri tidak ada, karena memang prinsip Operasi dari teknik ini adalah melipatgandakan frekuensi sampling.
Dalam berbagai literatur, semakin teliti hasil pengukurannya terhadap suatu obyek. Dalam hal ini ’obyck’nya adalah sample.Konverter D/A 18-bit memiliki gradasi 4 kali lebih tinggi daripada konverter D/A 16-bit. Sedangkan konverter D/A 20-bit gradasinya 16 kali lebih tinggi. Sebenarnya penjelasan yang sederhana ini kurang begitu tepat. tetapi kita dapat membayangkan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan penggaris yang kasar cenderung menghasilkan kesalahan yang lebih besar. Paling tidak. secara teoritis CD-playcr dengan resolusi tinggi ini akan memberikan akurasi yang lebih baik.
Apakah ia akan menghasilkan suatu efek yang tidak ditentukan oleh banyak faktor seperti derau (noise) dan distorsi yang terdapat pada disk.
Upaya lain yang ditempuh oleh banyak perusahaan pembuat CD-player adalah dengan melakukan decoupling digital dari blok-blok sirkit analog. Telah diketahui bahwa 'kekasaran' pada suara digital diakibatkan oleh 'sampah' frekuensi tinggi yang bocor dari blok blok sirkit digital dan masuk ke dalam bagian analog. Ini mencakup sisa dari frekuensi sampling, derau yang ditimbulkan oleh bagian digital, serta ceceran dari berbagai pulsa clock. Tercampur menjadi satu, sinyal-sinyal yang tidak diinginkan ini dikenal dengan istilah DSI (Digital Signal Interference). Jalan keluar dan masalah ini adalah sedapat mungkin memisahkan sinyal digital dari analog. “hingga kebocoran DSI dapat dicegah dan dapat dihasilkan kemurnian suara yang lebih baik.
Decoupling dapat dilakukan dengan ber bagai cara. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur tata letak blok digital supaya sama sekali terpisah dan blok analog. masingmasing dengan catu daya dan uluran ground sendiri-sendiri dan dipasangi sekat pemisah. Sehubungan dengan hal nu. ada juga dikenal istilah opto-coupling. Dengan teknik ini.
pertama kali arus sinyal digital akan diubah menjadi pancaran sinar termodulasi yang dipancarkan oleh dioda pembangkit sinar infra merah melalui serat optik yang selanjutnya diterima oleh photodiode silicon pada sisi analog. Komponen yang bertanggung jawab melakukan transfer ini diberi nama opto-coupling module. Untuk mencegah kebocoran akibat penggunaan catu daya secara bersama oleh blok analog dan blok digital, maka catu daya yang dipergunakan sirkitnya
yang sama sekali terpisah. Bahkan ada perusahaan yang menggunakan dua kabel colokan listrik yang terpisah, satu untuk blok digital dan lainnya untuk blok analog.
Metoda lainnya, yaitu dengan memindahkan konverter D/A dan sirkit analog dari CD-player, diterapkan oleh para teknisi dari perusahaan yang berambisi untuk menciptakan sistem audio kelas tinggi (high-end). Hasilnya berupa dua unit CD-player (harganya juga sangat mahal), di mana CD-player dan unit konverter D/A dihubungkan dengan menggunakan serat optik. Kecenderungan ini nampaknya yang paling banyak diikuti, khususnya untuk produk-produk high-end.
Teknologi lain yang juga mendukung perkembangan generasi CD-player ini adalah teknik resonance clamping. Konsepnya pada dasarnya sama dengan teknik anti-umpan balik-akustik yang digunakan dalam alat pemutar piringan hitam. Latar belakang pemikirannya adalah bahwa vibrasi dalam pickup laser, baik dalam sirkit maupun dalam kabinetnya, dapat memberikan efek negatif terhadap kualitas suara yang dihasilkan. Hal inilah yang membuat semakin banyak produsen CD-player yang melengkapi produk andalannya dengan peredam vibrasi, suspensi internal dan bahanbahan peredam resonansi seperti lembaran-lembaran semen buatan atau bitumen. yang cukup terkenal saat ini disebut ”Gibraltar”.
Perkembangan teknologi CD dan CD player ini amatlah pesat dan bervariasi. Para teknisi dari berbagai perusahaan elektronik raksasa dari berbagai negaranegara maju di dunia, berlomba-lomba untuk menemukan perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan dalam teknologi audio digital ini, untuk merebut reputasi produk siapa yang terbaik. Tetapi, yang jelas bahwa teknologi CD dan CD-player ini telah membuka lembaran baru sejarah dunia audio yang semula analog dengan kekurangan-kekurangannya menjadi digital dengan berbagai keunggulannya.
Hai Para sahabat semua para Pengunjung Blogkamarku dan para pembaca sekali ,untuk melengkapi informasi atau sekedar pengetahuan baut kita,pada postingan kali ini kita akan sedikit membedah dan Mengetahui Sejarah CD Compact Disk Digital Dan Kelebihan nya.
Mengetahui Sejarah CD Compact Disk Digital Dan Kelebihan nya 01 |
Diperkehalkan keptida umum pertamakali oleh pemsahaanPhilips-Sony , Compact Disc (CD) mempakan suatu era baru teknologi audio digital. Perkembangannya yang semakin pesat dun bewariasi dari hari ke hari membuat para teknisi dari berbagai perusahaan elektronik raksasa di dunia berlombalomba untuk terus menyempurnakan teknologi CD.
CD tidak hanya mengandung musik,tetapi juga informasi tambahan seperti nomor trek, waktu main total dan lain-lain. Dengan jangkauan dinamik sebesar 90 dB, menjadikannya tidak tersaingi oleh alat-alat rekaman biasa bahkan oleh PH (piringan hitam) sekalipun.
Sekitar awal tahun 1976, Philips, perusahaan elektronik multinasional Belanda, mengumumkan rencananya mengeluarkan format disk menggunakan teknologi digital secara penuh. Perekamannya dikerjakan dengan teknik digital, dan disknya sendiri mengandung semua informasi, musik (ditambah informasi' lain yang memungkinkan unit main-ulang melakukan fungsi pewaktuan tertentu) dalam bentuk digital.
Sementara itu pabrik audio Jepang, Sony, pada saat itu juga sudah mengadakan riset tentang teknik digital PCM (Pulse Code Modulation). Sejak saat itu muncul kesadaran para teknisi Jepang tentang kelebihan teknik digital inibdan akhirnya mereka memperkenalkan kehadiran Digital Disc (buatan Sony) berdiameter 30 cm dengan masa putar, 2,5 jam. Akhirnya, Philips mengadakan kerjasama dengan Sony untuk mengembang kan teknologi digital pada Digital) Disc dan pada tahun 1980 diperkenalkan kepada umum Compact Disc (CD), si kecil mungil dengan diameter 12 cm dan masa putar sekitar 1 jam. Maka dimulailah suatu era baru, era teknologi audio digital dengan Compact Disc.
Baca Juga :
Apa itu Digital Audio ? 'Ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar, guru sering mengajari kita lagu-lagu baru yang nadanya dituliskan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 7. Dengan membaca angka-angka itu kita dapat membunyikan urutan nada yang tinggi rendahnya ditentukan oleh angka yang ditunjuk oleh sang guru. Tanpa
sadar kita telah menyanyikan lagu itu. Angka 1, 2, 3 dst. yang ada di papan tulis bisa disebut sebagai data 'digital audio” karena data ini dapat disimpan dipindahkan ke buku tulis untuk sewaktwwaktu dinyanyikan kembali. Meskipun bentuk harfiah angka 1, 2, 3 dst. sama sekali tidak ada sangkut pautnya'dengan urusan musik, angka-angka ini mewakili nada-nada yang dapat diterima oleh telinga Hal yang, sama terjadi pada teknik digital audio yang sesungguhnya, dimana pada teknik ini bentuk geloma bang. suara diubah menjadi sederetan angka binary 1 dan 0 yang membentuk kode-Kode. ini mewakili karakter dari gelombang” suara asli. Jadi pada dasar-nya,data digital itu adalah bahasa kode yang bisa ditulis dan dibaca kembali pada waktu yang diperlukan.
Di dalam teknik PCM setiap gelombang suara analog ini mengalami 3 tahap prosesdasar yaitu
Sampling Gelombang/sinyal suara analog dicuplik menjadi ribuan luas yang lebarnya sama, Pada proses ini digunakan frekuensi sampling 44,1 Khz yang berarti, dilakukan minimal 44.000 kali pencuplikan sinyal suara tiap detik. Frekuensi ini dipilih dengan pertimbangan :
Untuk memenuhi Teori N yquist, yaitu frekuensi sampling minimal 2 kali. frekuensi sinyal yang akan disampling. Karena sinyal suara yang akan disampling mempunyai frekuensi sampai 20 kHz (masih bisa didengar telinga manusia), maka frekuensi 44,1 kHz memenuhi ketentuan ini.
bahkan sedikit di atas frekuensi normal nya. Menurut CClR TV Systems, terdapat 625 garis yang membentuk satu frame. Masing-masing garis dapat merekam 3 word termasuk data-data redundan sinyal, dan 588 garis tiap frame dapat dipakai untuk merekam data. Jadi harga 44,1 kHz terjadi dari perhitungan : 3 x 588 x 25 Hz.(CCIR) = 44,1 kHz.
Kuantisasi
Pada tahap ini setiap ruas sampling diukur panjangnya (amplitudanya) dan diberi nilai yang sesuai dengan level yang ada di dekatnya. CD menggunakan 65. 535 level pengukuran ditambah 0 sehingga totalnya menjadi 65. 536 level.
Encoding
Setelah dikuantisasi setiap nilai tersebut ( direpresentasikan dalam 16 digit biner. Tiap 16 digit ini dibagi menjadi 2, dengan masing-masing 8 digit simbol yang disebut audio bit. Kemudian simbol-simbol itu dikonversikan dari 8 bit ke 14 bit, yang disebut EFM (Eight to Fourteen Modulation).
Setiap detik proses dapat (membangkitkan : bit : 44.000 x 16 bit x ' ' 2 kanal : 1.408.000 bit. Sebagai contoh sederhananya, bila Simfoni IX Beethoven itu kira-kira satu jam lamanya, maka kita akan mendapatkan bit=1.408000 x 60 x= 60 & 5. 068. 800. 000 bit Jadi pada prinsipnya nilai ukuran panjang ruas/kuantisasi itu diterjemahkan ke dalam bahasa kode digital yang tersusun atas kombinasi deretan bilangan binary 1 dan 0.
Setiap panjang ruas yang berbeda memberikan kode digital yang berbeda pula, dan dengan cara inilah maka bentuk gelombang asli (analog) diubah ke dalam deretan kode digital.
Mengetahui Sejarah CD Compact Disk Digital Dan Kelebihan nya 01 |
Pembuatan CD dan Perekaman Digital
Proses pembuatan perangkat lunak CD ini bermula dari lempengan substrate glass yang merupakan bahan dasar pem-buatan master CD. Substrate glass ini dibawa ke ruang master yang menggunakan sinar laser untuk mengukir permukaan substrate glass sehingga terbentuk untaian kode PCM sesuai dengan musik yang akan direkam
Pada Compact Disc (CD) setiap bit disimpan dalam bentuk sumur mikroskopik,yang terbentuk dengan penembakan laser diatas permukaan Sustrate glass tersebut yakni coakan kecil di permukaan berlogam yang memantulkan cahaya atau dengan ketiadaan sumur mikroskopik itu Awal dan akhir setiap sumur menggambarkan 1, sedang bagian yang datar di antara sumur-sumur menggambarkan 0. Setiap sumur ini hanya 013 0,15 mikron dalamnya.
dengan panjang antara 1-3 mikron dan lebar 0, 5 mikron, serta jarak pisah tiap jalur hanya 1,6 mikron. Sumur sumur inilah yang memberikan kepada sisi CD yang direkam kemilau seperti
pelangi yang indah.
substrate glass yang telah ditembak oleh laser ini kemudian dibawa ke ruang yang akan menghitamkan bagian glass yang tidak terkena tembakan tadi, Sebagai hasilnya didapat lempengan negatif master CD. Setelah?) master CD terbentuk maka proses pengcopy-an dapat dimulai. Lembaran alumunium tipis yang dilekat dengan lembaran plastik bening bahan dasar CD dan ditembak oleh sinar ultra violet. Sinar ini akan mengenai permukaan alumunium sesuai
Baca Juga :
dengan pola lempeng master Setelah ditembak, bahan dasar ini di etehing dengan larutan kimia dan hanya bagian alumunium yang terkena ultra violet akan larut yang tidak terkena tidak larut. Maka kini pada lembaran plastik alumunium itu terbentuk lapisan pemantul yang terputus-putus, berpola seperti masternya dan inilah yang dinamakan“ Compact Disc (CD)
Proses produksi CD sangat rumit dan pada tahap-tahap tertentu membutuhkan Kondisi kamar bersih seperti yang terdapat dalam laboratorium penelitian nuklir. Udara dalam ruangan ini harus disaring beberapa kali dan-harus diadakan pengawasan terus-menerus terhadap angka partikel, yaitu ukuran serta jumlah partikel kontaminasi per meter kubik udara.
Untuk 1 meter kubik udara ruang cetak CD tidak diperkenankan mengandung lebih dari 1000 partikel debu dan udara itu harus kering/tidak lembab dengan temperatur sekitar 20 C . Sebagai pembanding udara di jalan raya berkerapatan partikel debu per meter kubik udara sebesar 800.000 dan di dalam ruang besar yang berpendingin ruangan kerapatan itu berkurang menjadi 100.000, maka di dalam pabrik CD ini hanya boleh 1000. Para teknisi harus mengenakan pakaian kerja bebas benang yang dilengkapi dengan sarung tangan, topi dan sepatu khusus. Pada pintu masuk, teknisi harus melalui ruang ”pembersih” yaitu ruangan yang dilengkapi dengan penghembus udara bersih yang sangat kuat.
Spesifikasi Fisik CD diameter : 120 mm (4.5 inci)
ketebalan : 1,1 mm diameter lubang pusat : 15 mm
rotasi : berlawanan arah jarum jam ter hadap laser
kecepatan rotasi : 500-200 rpm
waktu rekam maksimum : 60 menit nomor kanal maksimum : 4 track pitch : 1,6 fm.
CD player
Sumber cahaya yang dipakai untuk ’penyapuan’ disk adalah laser karena laser menghasilkan berkas cahaya yang koheren (cahaya dengan panjang gelombang tunggal) yang ukurannya dapat difokuskan sampai seperti yang diinginkan. Sumber-sumber cahaya lain mengandung panjang gelombang beragam yang akan dipisahkan saat melewati sebuah lensa. Hal ini menimbulkan Chromatic Abberation, yaitu pemunculan garis-garis berwama yang bervariasi di sekitar image. Hal ini tidak diinginkan. Laser yang digunakan dalam CD Player.
Peralatan optik dasar yang digunakan pada pembacaan CD terdiri atas sebuah lensa objek yang digunakan untuk mengkonsentrasikan berkas cahaya di atas permukaan disk yang mengandung informasi, sebuah pemisah berkas cahaya dan diode sebagai fotodetektor. Prinsip kerja alat optik di mana terjadi 'nonkontak' pembacaan berdasarkan teori difraksi.
Dalam hal ini hampir semua cahaya dipantulkan oleh permukaan CD. Jika sebuah lubang (yang menandakan adanya informasi) ditemukan, sebagian besar cahava dihamburkan dan sisanya dideteksi oleh fotodetektor. Cahaya yang dideteksi inii diubah menjadi arus listrik yang kemudian akan mengoperasikan CD Player.
Perkembangan teknologi CD Player
Ada empat tema teknologi utama dalam usaha peningkatan kualitas suara dari CD dan CD-playernya, yaitu oversampling, higher bit resolution, decoupling, dan resonance clamping.
istilah over sampling biasanya digunakan bersama sama dengan istilah digital filtering.
Dari kedua istilah ini dapat kita raba apa maksud dan fungsinya. Terlebih dahulu harus kita sadari bahwa sinyal yang dibentuk dari nilai biner pada CD yang berbentuk gelombang bertangga itu harus dilewatkan melalui low pass'filter yang secara efektifakan menghilangkan semua komponen sinyal dengan frekuensi di atas 20 kHz. Bila sampling dilakukan dengan frekuensi normal (44.1 kHz), maka filter tersebut tentunya.
sangat tajam atau dapat dikatakan kasar. Filter yang tajam sedapat mungkin dihindarkan dalam teknik audio, karena berbagai efek negatif yang dapat ditimbulkannya terutama dalam hal fidelitas fase.
Ada suatu hukum dasar dalam elektronika (hukum dasar ini tidak dapat diatasi dengan berbagai manipulasi apapun) yang menyatakan bahwa filter yang tajam akan menyebabkan per-geseran fasa yang lebih besar daripada filter yang lunak. Pergeseran fasa ini akan menurunkan kualitas citra dan kejelasan suara. Bila sampling dilakukan pada frekuensi yang lebih tinggi, filter dapat dirancang supaya lebih lunak dengan kemiringan grafik yang lebih landai. Dengan demikian pengaruh terhadap respon fasa (dan secara tidak langsung juga terhadap respon frekuensi) dapat diminimumkan, sehingga dihasilkan kualitas suara yang lebih baik.
Perlu dijelaskan juga bahwa teknik oversampling tidak memperlebar selang frekuensi sinyal keluaran akhir (analog) dari CD player. Selang frekuensi optimum yang dapat dicapai ditentukan oleh proses perekaman, sedangkan 44.1 kHz adalah frekuensi sampling standar. Jadi dengan kondisi sebaik apapun CD tidak akan mungkin menghasilkan suara yang melampaui batas teoritis 22. 05 kHz. Teknik oversampling tidak bisa menimbulkan atau menciptakan frekuensi yang dalam rekamannya sendiri tidak ada, karena memang prinsip Operasi dari teknik ini adalah melipatgandakan frekuensi sampling.
Dalam berbagai literatur, semakin teliti hasil pengukurannya terhadap suatu obyek. Dalam hal ini ’obyck’nya adalah sample.Konverter D/A 18-bit memiliki gradasi 4 kali lebih tinggi daripada konverter D/A 16-bit. Sedangkan konverter D/A 20-bit gradasinya 16 kali lebih tinggi. Sebenarnya penjelasan yang sederhana ini kurang begitu tepat. tetapi kita dapat membayangkan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan penggaris yang kasar cenderung menghasilkan kesalahan yang lebih besar. Paling tidak. secara teoritis CD-playcr dengan resolusi tinggi ini akan memberikan akurasi yang lebih baik.
Apakah ia akan menghasilkan suatu efek yang tidak ditentukan oleh banyak faktor seperti derau (noise) dan distorsi yang terdapat pada disk.
Upaya lain yang ditempuh oleh banyak perusahaan pembuat CD-player adalah dengan melakukan decoupling digital dari blok-blok sirkit analog. Telah diketahui bahwa 'kekasaran' pada suara digital diakibatkan oleh 'sampah' frekuensi tinggi yang bocor dari blok blok sirkit digital dan masuk ke dalam bagian analog. Ini mencakup sisa dari frekuensi sampling, derau yang ditimbulkan oleh bagian digital, serta ceceran dari berbagai pulsa clock. Tercampur menjadi satu, sinyal-sinyal yang tidak diinginkan ini dikenal dengan istilah DSI (Digital Signal Interference). Jalan keluar dan masalah ini adalah sedapat mungkin memisahkan sinyal digital dari analog. “hingga kebocoran DSI dapat dicegah dan dapat dihasilkan kemurnian suara yang lebih baik.
Decoupling dapat dilakukan dengan ber bagai cara. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur tata letak blok digital supaya sama sekali terpisah dan blok analog. masingmasing dengan catu daya dan uluran ground sendiri-sendiri dan dipasangi sekat pemisah. Sehubungan dengan hal nu. ada juga dikenal istilah opto-coupling. Dengan teknik ini.
pertama kali arus sinyal digital akan diubah menjadi pancaran sinar termodulasi yang dipancarkan oleh dioda pembangkit sinar infra merah melalui serat optik yang selanjutnya diterima oleh photodiode silicon pada sisi analog. Komponen yang bertanggung jawab melakukan transfer ini diberi nama opto-coupling module. Untuk mencegah kebocoran akibat penggunaan catu daya secara bersama oleh blok analog dan blok digital, maka catu daya yang dipergunakan sirkitnya
yang sama sekali terpisah. Bahkan ada perusahaan yang menggunakan dua kabel colokan listrik yang terpisah, satu untuk blok digital dan lainnya untuk blok analog.
Metoda lainnya, yaitu dengan memindahkan konverter D/A dan sirkit analog dari CD-player, diterapkan oleh para teknisi dari perusahaan yang berambisi untuk menciptakan sistem audio kelas tinggi (high-end). Hasilnya berupa dua unit CD-player (harganya juga sangat mahal), di mana CD-player dan unit konverter D/A dihubungkan dengan menggunakan serat optik. Kecenderungan ini nampaknya yang paling banyak diikuti, khususnya untuk produk-produk high-end.
Teknologi lain yang juga mendukung perkembangan generasi CD-player ini adalah teknik resonance clamping. Konsepnya pada dasarnya sama dengan teknik anti-umpan balik-akustik yang digunakan dalam alat pemutar piringan hitam. Latar belakang pemikirannya adalah bahwa vibrasi dalam pickup laser, baik dalam sirkit maupun dalam kabinetnya, dapat memberikan efek negatif terhadap kualitas suara yang dihasilkan. Hal inilah yang membuat semakin banyak produsen CD-player yang melengkapi produk andalannya dengan peredam vibrasi, suspensi internal dan bahanbahan peredam resonansi seperti lembaran-lembaran semen buatan atau bitumen. yang cukup terkenal saat ini disebut ”Gibraltar”.
Perkembangan teknologi CD dan CD player ini amatlah pesat dan bervariasi. Para teknisi dari berbagai perusahaan elektronik raksasa dari berbagai negaranegara maju di dunia, berlomba-lomba untuk menemukan perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan dalam teknologi audio digital ini, untuk merebut reputasi produk siapa yang terbaik. Tetapi, yang jelas bahwa teknologi CD dan CD-player ini telah membuka lembaran baru sejarah dunia audio yang semula analog dengan kekurangan-kekurangannya menjadi digital dengan berbagai keunggulannya.